Minggu, 24 Agustus 2014

Sebwah Usaha Saya Memberikan Informesyen Agar Supaya Terlihat Serius dan Berguna

“pernah ke DWP gak lo?”
“pernah dong, goks banget dah. Lo harus banget dateng deh pokoknya!”

Pernah denger percakapan seperti, atau mirip mirip, di atas? Nggak? – sama! Hehehehe. Saya pun tau apa itu DWP setelah berkonsultasi dengan mbah gugel. Oke , poin saya bukan di DWP sih sebenernya, tapi di kata “goks.” Tau nggak artinya “goks?” – nanya mulu kaya agen NCIS! Hehehe. “Goks” itu adalah kata lain dari “gokil,” nggak tau “gokil” juga? Emang sih kata ini nggak ada di KBBI. Oke, menurut Agata (Anak Gaul Jakarta) “gokil” itu kira-kira artinya adalah sesuatu yang gila, luar biasa, di luar batas, tapi in a positive sense. Dan, saya pun sebenernya gak mau ngomongin kata “gokil” sih – Lha terus ngopo dijelaske mau eh? Hehehehehe.

Jadi sebenernya saya itu tertarik sama fenomena (((FENOMENA))) kok bisa “gokil” berubah menjadi “goks?” Dan ternyata ada juga kata-kata lain yang mengalami perubahan macam si gokil ini. Contohnya? Oke -> oks, sebatang -> sebats. Saya jadi tertarik, ini fenomena linguistik apa yang terjadi di sini? Eh setelah konsul dim bah gugel, seperti biasa, ternyata ada lho…. Namanya apocope – Ru, Haru, semuamuanya kok kamu cari di gugel, pas dulu kuliah sastra kamu ngapain aja eh?. Hehehehe.

Apocope itu adalah fenomena linguistik di mana suatu kata dihilangkan salah satu hurufnya (vowel), atau suku katanya. Oh iya, huruf atau suku kata yang hilang itu adalah yang berada di akhir kata itu. Jadi apa sebab terjadinya apocope? Saya juga gak ngerti. Mungkin kalau dalam kasus “goks” atau “oks” tujuannya ya biar terdengar atau terlihat keren dan mutakhir? Mungkin. Mutakhir karena ya kata-katanya jadi lebih ringkas dan sederhana, dan yang mutakhir itu biasanya membuat semuanya jadi lebih sederhana dan ringkas bukan? Bukan ya? Ya udah si. L  eh bentar-bentar, ada yang menarik. Di paragraf ini saya juga menggunakan fenomena kebalikan dari apocope, yaitu aphaeresis. Kalau apocope yang hilang itu huruf/suku kata terakhir, di aphaeresis yang hilang adalah huruf/suku kata awal. Coba tunjukin contohnya! “ya” asalnya dari “iya,” “gak” asalnya dari “nggak,” “ngerti” asalnya dari “mengerti,” dan “bentar” yang tadinya “sebentar.”

Tapi tenang aja – dude, I just used another aphaeresis there, nggak tau apa itu apocope atau aphaeresis nggak bikin hidupmu susah kok.  Pas wawancara kerja nggak ada yang nanya kalian tau apocope atau aphaeresis atau nggak apalagi di akherat, nggak ditanya macam itu lah. hehehehe. Lha terus kenapa saya bikin post ini? Ya biar kesannya berguna dan memberikan informasi gitu deh. Mmmm nggak berguna juga ya? ywdc.... :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar