Semenjak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Pramuka
adalah satu-satunya kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang selalu saya ikuti. Tapi
bukan karena saya adalah siswa yang sangat teguh menjalankan sepuluh dharma
Pramuka (tacipaparerahedibersu; saya sangat hapal singkatan ini, kalau kepanjangannya
sih lain cerita), melainkan karena di beberapa sekolah, Pramuka adalah salah
satu ekskul wajib. Sebenernya waktu SMA sih ada dua pilihan: Pramuka & PMR;
saya pilih Pramuka karena itu adalah ekskul yang paling banyak peminatnya.
Dengan banyak peminat, otomatis saya bakal banyak temen (buat berangkat ekskul).
You know lah, ekskul kan kegiatan di luar kurikulum, pasti mengambil waktu di
sore atau di hari libur, jadi kalau banyak temen buat berangkat ekskul kan
lebih enak. Iyo iyo, aku ki cah mainstream.
SD adalah waktu di mana Pramuka itu wajib buat beberapa
siswa kelas 5 dan 6 yang terpilih. Saya adalah langganan dipilih, ya gimana
lagi I was the head of class, one of the brightest students, and the cutest
according to my family hehehe. Ada setidaknya dua hal yang bisa saya ingat kalau
bicara tentang Pramuka, hal pertama sangat memalukan buat saya jadi nggak usah
saya ceritakan hehehe, jadi saya akan cerita hal yang satunya lagi.
Setiap bulan Agustus, untuk memperingati hari Pramuka, ada kegiatan
kemah tiga hari yang diikuti semua Sekolah seantero Kecamatan, tak terkecuali
sekolah saya. Kalau kemah, pasti banyak kegiatan yang diikuti, kaya hiking, lomba pentas seni, lomba
semaphore, dan lain-lain. Salah satu kegiatan yang diadakan waktu itu adalah
lomba mengumpulkan tanda tangan. Di kemah itu kan ngumpul semua anak sekolah
se-Kecamatan, jadi mungkin panitia berinisiatif mengadakan lomba mengumpulkan
tanda tangan biar terjadi interaksi antar peserta sehingga mempererat persatuan
dan kesatuan demi menciptakan hubungan baik yang kuat dan berkelanjutan (ini
kebanyakan baca siaran pers….). Saya sebagai seorang Pramuka yang menyandang predikat
role model yang baik untuk temen
temen saya pun mau tak mau ikut dalam lomba ini, walaupun, naturally, saya seorang pemalu dan nggak gampang akrab sama orang. Selama
3 hari saya mencoba mengumpulkan banyak nama dan tanda tangan peserta, tapi ya
karena saya pemalu, saya Cuma berhasil
mengumpulkan sedikit. Temen satu regu pun begitu, mereka berkeliling ke
tenda-tenda untuk memburu tandatangan, tapi ada seorang yang kerjanya hanya bermain
dan tidur tiduran di tenda. Sementara yang lain sibuk mengisi buku catatannya
dengan nama dan tanda tangan peserta kemah, dia kelihatan malas dan acuh. Mungkin
memang dia malas ikut lomba, pikir saya. Pada hari terakhir kemah, diumumkan
pemenang dari berbagai lomba yang diadakan panitia, salah satunya lomba mengumpulkan
tanda tangan itu. Saya kaget bukan kepalang saat mendengar nama temen saya
diumumkan sebagai pemenang lomba mengumpulkan tanda tangan. Iya, temen saya
yang males itu. Dia sambil cengar-cengir penuh rasa kemenangan maju ke podium
untuk menerima hadiah. Senyumnya kaya bilang “makan tuh kalian yang rajin, nih
gue yang males-malesan yang juara.” Saya heran kenapa dia yang menang, saya
nggak pingin menang sih, tapi saya tau pasti kalau dia cuman tidur-tiduran di
tenda, mana bisa dia menang. Apakah dia punya teknik perkenalan tertentu? teknik multi
level marketing atau sejenisnya mungkin? Apakah dia diam-diam kalau malam
bergerilya tenda demi tenda? Ataukah dia punya database peserta yang sangat lengkap? Saya tak habis pikir. Namun,
usut punya usut, rahasianya sederhana; dia ternyata nggak “cuma tidur-tiduran
di tenda,” sembari malas malasan, dia memalsukan nama orang dan memalsukan tanda
tangannya. Hhhmmm nggak memalsukan juga sih, technically dia ngarang nama banyak orang dan tanda tangannya. How slithery is that for an elementary
school kid. Saya aja nggak kepikiran sampai ke situ. Tapi apa ya segampang
itu kakak kakak Pembina pramuka itu percaya? Bukannya bisa kelihatan dari tulisannya
ya, atau variasi tanda tangannya? Nggak tau lah saya.