Selasa, 10 Januari 2012

MOVE ON


Kemarin sore, waktu saya sedang melakukan salah satu kegiatan utama saya (kegiatan-you-know-lah…main PS), ada seorang teman yang sejenak melintas *cieee bahasanya* sambil berkata “wah Haru nih, main pe-eeeess teruuusss.” Dan…kalimat tersebut terhujam tepat di jantung saya, terngiang-ngiang di kepala saya, tertanam di lubuk hati terdalam, dan terpatri selamanya dalam perasaan *apa sih Ru? STOP!*, oke intinya kata-kata temen saya itu berhasil membuat saya berpikir “iya ya, kok saya begini-begini aja ya” dan segera setelah mendengarnya, saya putuskan untuk tetap melanjutkan main PS #sikap. Saya jadi teringat dengan salah seorang PS-mate saya (maksudnya temen main PS) yang beberapa waktu lalu hampir setiap hari bertanding PS dengan saya selepas pulang kantor. Seringkali saat bermain, dia berkata “kita kok gini-gini aja ya, kerja  - main PS, kerja - main PS,” dan selalu saya tanggapi dengan senyum, ya karena memang saya tak bisa menyangkalnya; dan you know what, sekarang si-teman-main-PS saya itu sudah memegang tiket emas untuk sekolah ke Jepang. DANNGGGG!!! Saya, sekali lagi, ditampar oleh kenyataan. Saya merasa tidak punya teman, terlebih dua teman seangkatan waktu kuliah dulu yang sekarang kebetulan ada di instansi yang sama juga masing-masing sudah mendapatkan tiket emas semacam itu. Luka menganga yang dibalur air garam……periiihhhh jenderal, periiihhhh *note: baca kalimat “perih jederal perih” tidak perlu pake melenguh, nanti dikira salah satu adegan film por…ah sudah lah, imajinasimu terlalu liar Ru.*

Seperti di posting yang sebelum ini, ya memang saya orang yang tidak suka dengan perubahan dan terlalu nyaman di zonanya. Mungkin itu menjelaskan kenapa saya nyaman-nyaman saja saat menjalani pacaran *ehm* selama 5 tahun dengan rutinitas ke kampus-ke kosan pacar-main poker-makan malam-pulang ke kosan dan begitu seterusnya hampir setiap hari, yeah when I say hampir setiap hari, I mean it. Teman saya sering bertanya “apa gak bosen Ru, ketemu setiap hari sama pacar kamu?,” dan saya jawab “enggak tuh,” dan dia tanya lagi “kok bisa ya?” dan saya jawab “ya karena memang saya nggak bosen.” Tapi mungkin jawaban terbaik yang saya punya ya karena saya menikmatinya, segala keajegan itu, kenyamanan itu, dan in the end, yang dicari semua orang adalah “kenikmatan” bukan? baik ragawi maupun spiritual. Ya saya mungkin enggan beranjak dari zona nyaman saya, saya mungkin tidak suka dengan perubahan mendadak, tapi tidak suka bukannya tidak mau……saya akan berubah, tapi I am waiting for the wind to turn; when is it? It is when the wind is turning! *lempar traktor*. Wah saya jadi ingat masalah mengubah status “pacaran” ke “menikah,” salah satu masalah yang nge hits untuk para lajang (yang berpasangan) di usia pertengahan 20an menjelang 30an. Karena saya dan pacar udah berpacaran cukup lama, jadi banyak yang nanya “kapan nikah” tidak terkecuali pacar saya sendiri, iya dia nggak nanya langsung sih, tapi ya intinya dia butuh kepastian “kapan” karena sudah jengah *cieee bahasanya, jengah* mendengar pergunjingan teman dan tetangga, sementara saya belum bisa menjawabnya. Saya belum bisa menjawabnya, karena saya merasa belum ada turning wind nya, I mean, if you are married because of tired hearing what people ask and say, then it is not right. The urge to marry has to come from yourself, from inside of you, because we are married not for other people, but for us. Screw what people say.

Balik lagi nyang leptop *okay okay this line is sooooo last years*. So masalah saya mengenai ke engganan beranjak dari zona nyaman ini memang latent, dan saya sadari itu, namun, saya merasa semua sudah ada waktunya, dan yang terpenting adalah saya menikmatinya *jangan ditiru ya hehhee*. Oh saya ketemu sama teman-teman baru dari komunitas yang baru beberapa bulan ini saya masuki, dan saya lihat mereka sangat aktif dan bersemangat, suka mencoba hal baru, suka bertualang, dan anehnya percikan semangat mereka membuat saya sedikit tersulut *hasyaahhh kaya samapah daun kering ye -____-*, apakah the wind has turned for me? Ah tak tau lah, nikmati saja hehehehhehe 


4 komentar:

  1. ah, setuju kisanak. nikah jangan karena didesak orang...tapi karena keinginan pribadi bukan karena "keterdesakan".

    BalasHapus
  2. hihihihihihi asiiikkk sayah ada temenyaaaahh

    BalasHapus
  3. ayooo haruuu kapaaan lo nikahh? >:D

    BalasHapus