Senin, 03 November 2014

Saddest Movie? nggak ingat tuh :(

Wah…. Tema arisan blog kali ini bener-bener “nggak gue banget.” Hehehehe. Tema untuk arisan blog minggu-ke-berapa-ini-saya-lupa adalah “the saddest movie.” Dua alasan bahwa tema minggu ini “nggak gue banget” adalah: satu, saya tidak terlalu hobi nonton film, dan dua, saya tidak suka film sedih. Beberapa film yang saya tonton biasanya adalah film tentang superhero, tentang dooms day, film adventures, film komedi,  dan genre-film-sejuta-umat komedi romantis. Itupun saya menonton tidak di bioskop, yaaa kecuali ada yang mengajak nonton bareng sih.  

Dalam hal menonton film, saya termasuk dalam golongan penonton yang saya sebut sebagai “escape viewer,” menonton film hanya untuk hiburan sahaja, tidak mau repot-repot memutar otak menebak jalan cerita. Dan saya tidak merasa terhibur dengan menonton film sedih (?). Tapi demi memenuhi tuntutan tema arisan dan demi tidak berhutang traktiran karena tidak mengirimkan post sesuai tema, (bahkan hutang yang kemarin belum juga dibayar) saya harus menggali ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Hhhmmmm….setelah lama berpikir sembari mendengar lagu jeketi fortietit, esenesde, dan main ef-em, tetap saja saya tidak menemukan ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Tapi syukurlah, saat mendengarkan lagu “I don’t wanna miss a thing” saya jadi ingat bahwa saat saya nonton film Armageddon, ada satu scene yang membuat saya meneteskan air mata.



Mind the flag…. Itu scene pas si Bruce Willis dengan suka rela berkorban untuk, secara manual, menekan tombol bom yang akan meledakkan asteroid (dan dirinya) karena kendali jarak jauh bom tersebut rusak. Mungkin waktu itu adegannya terlalu didramatisir sehingga saya jadi ikut bersedih. Atau mungkin jiwa kebapakan saya sudah muncul waktu itu, karena Bruce Willis rela berkorban untuk menyelamatkan pacar anak perempuannya yang juga berada di dalam pesawat bersama dia.

Kalau adegan sedih yang saya tonton baru-baru ini sih mungkin adegan saat Cik Gu Jasmin berpamitan pada Upin, Ipin, Mei-Mei, Mail, Fizi, Jarjit, Ehsan, dan kawan-kawan di hari terakhirnya mengajar di Tadika Mesra karena dia akan melanjutkan kuliah di Kuala Lumpur. Oh iya, dan saat Opa sakit, adegan itu dibuat dengan sangat sedih sampai saya khawatir kalau umur Opa sudah tidak lama lagi, dan akan meninggalkan Upin, Ipin, serta Kak Ros sedirian. Mereka bertiga adalah yatim-piatu, kalau ditinggal Opa, tak terbayangkan apa yang akan terjadi pada mereka.

5 komentar:

  1. kita kebalikan banget ru, gw malah ngerasa super 'terhibur' dengan film sedih.. masokis deh gw keknya.

    BalasHapus
  2. err.. jadi film tersedihnya itu Upin Ipin?
    #speechless

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe gara gara Yuna sukanya nonton Upin Ipin...jadi ikutan dah

      life of a bapak-bapak

      Hapus
    2. emang life of bapak-bapak begitu ya? macem babe gw yang rela nonton GGS dong demi guweh? huakakkakaa..

      Hapus