Sejak awal
dekade 90an, suporter Liverpool Football Club (LFC) seperti dipaksa menghayati
bait pertama lagu kebangsaan mereka. Lagu yang ngajarin mereka tetap “mengangkat
kepala” di tengah badai sambil menangis berharap akan menemukan pelangi
di akhir perjalanannya. Dalam perjalanannya, para supporter LFC pun sempat
kembali bersemangat dan percaya bahwa mereka telah sampai pada cahaya yang
dijanjikan dalam lagu itu, “the golden
sky and the sweet silver song of the lark,” – munculnya pemain yang
menjanjikan (Gerrard, Owen, Torres, dll), menjuarai tropi FA, UEFA, European
Super Cup, dan yang paling legendaris adalah Liga Champion 2005. Tapi alih-alih
memasuki lagi masa keemasannya, LFC malah kembali medioker. Hih PHP!
Dulu,
mungkin kita masih bisa menepuk dada duo serigala dengan jemawa bahwasanya
LFC masih memegang rekor sebagai pemegang tropi Liga Inggris terbanyak, 19 buah.
Tapi sejak negara api menyerang klub-yang-punya-tetangga-yang-katanya-berisik
itu melewati raihan tropi LFC, dada siapa yang harus kita tepuk? Paling sekarang
senjata kita hanyalah “we won it five
times” yang membosankan terkenal itu. Dan dengan kegagalan LFC
meraih tiket Liga Champions, bukan tidak mungkin rekor itu bakal dilewati,
cepat atau lambat. Lagian sih bangga we
won it five times, harusnya sih lebih bangga we sholat five times. Betul? (red: baca dengan suara AA Gym).
Sekarang, beberapa
Senin kita dikacaukan oleh LFC. Di kantor, di sekolah, di pasar, di tempat
gosok akik, suporter LFC harus menahan perihnya pertanyaan yang sebenernya si
penanya itu pun tidak butuh jawaban; “Piye Liverpul?.” Responnya gimana? Ya banyak,
tergantung mz mz semua sukanya gimana, gak jawab tapi cemberut dan misuh dalam
hati boleh, dijawab sekenanya sambil melengos terus pergi ya boleh, diselesaikan
dengan main PS ya gapapa, apa mau diselesaikan di senayan juga monggo (tapi
twitwar dulu). Namun, sebagai insan yang mengimplementasikan nilai-nilai
keliverpulan yang luhur, saya mau usul salah satu cara menjawabnya. Yaitu dengan
YNWA... ya Ye eN We A..... alias Yo Ndhes
Wasyuog, Andaikan....... “Andaikan”
memang kata yang mujarab, bisa buat ngeles dengan tidak terlihat rendah diri. “Andaikan” mengisyaratkan bahwa kita tahu
lebih tentang pertandingan LFC, bahwa kita tahu apa yang salah dengan LFC, dan
bahwa kita kelihatan tadi malem nonton pertandingannya walaupun sebenernya
cuman nonton extended highlights-nya di
goalsarena atau footyroom. Nah setelah kata “andaikan” itu boleh diisi dengan beberapa alternatif di bawah ini.
Pertanyaan musim lalu: “Piye
Liverpul, gak sido juara?”
Alternatif
jawaban:
“Yo Ndhes,
Wasyuog, Andaikan Gerrard ora Kepleset”
Ya, insiden
yang terjadi saat melawan klub-yang-katanya-punya-sejarah-tapi-supporternya-sampai-harus-disiapin-bendera-plastik-dan-yang-nyuruh-staff-nya-mengibarkan-banner-saat-pertandingan
ini memberikan gelar Slippy G kepada Stevie G dan merupakan highlight dari musim lalu – bahkan lebih
diingat daripada penampilan fantastis Suarez.
atau “Yo Ndhes
Wasyuog, Andaikan pas kae Kolo Toure ora salah umpan ke Anichebe”
Anichebe
gak ada hubungannya sama Anisa Chibi lho (suog, garing). Menit ke 66, LFC
mempimpin 1 gol atas West Bromwich Albion, tidak tau Toure kesurupan apaan atau
dia susah melihat Aly Cissokho karena gelap tiba-tiba dia memberikan
umpan diagonal langsung kepada Anichebe. Dan Jebret! Ilang 2 poin LFC. Ya
walaupun kalau menang juga poin akhirnya sama dengan tetangganya- klub-yang-punya-tetangga-yang-katanya-berisik
sih, tapi kita masih bisa menambah daftar kambing hitam dengan kata
“.... opo
meneh andaikan Allen ngegolke lawan klub-yang-tujuannya-berada-di-atas-peringkat-LFC”
Dan kita
dapat tambahan 2 poin lagi, sehingga alibi kita makin kuat bahwa andaikan Toure
dan Allen tidak blunder, LFC bisa juara. Tapi ya itu.... andaikan....
Pertanyaan musim ini: “Piye,
Liverpul kalah (meneh)?”
Alternatif jawaban:
“Yo Ndhes,
Wasyuog, Andaikan Markovic umpane bener terus Sterling iso ngegolke”
Versi
andaikan ini adalah ketika LFC melawat ke Emirates Stadium. Tapi seandainya
Sterling bisa menjangkau umpan Marko, apa iya LFC jadi gak kalah? Yo mbuh...seng
penting alesan dhisik!
“Yo Ndhes,
Wasyuog, Andaikan wasite ora picek!”
Ya ini
alasan paling gampang. Menyalahkan wasit. Ada beberapa insiden meragukan yang
apabila wasit jeli, keputusannya tidak akan bias ke tim lawan LFC. Seperti pas
gol offside nya klub-yang-punya-tetangga-yang-katanya-berisik,
atau yang paling mutakhir yaitu ketika malam tadi striker ter-sangar LFC gagal
mengantarkan koran eh gagal menjadi pahlawan karena gol-nya dianulir padahal
nggak offside. Wasite dibayar og....... yo mesti, mosok gratisan mz.
Begitulah
tips and trik dari saya, tentunya anda bisa lebih kreatif lagi menambahkan
alibi lain sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan mengganti kata “wasyuog” dengan
kata lain, “wuasyem” contohnya. Selamat menerapkan tips dan trik ini, semoga
kita semua menjadi kaum yang menerapkan nila-nilai keliverpulan dengan khidmat
dan konsisten.
Salam Ye eN
We A’ – Yo Ndhes, Wasyuog, Andaikan pelatihe dudu Rojers #eh
aku saktenane sebagai tetangga ngenes orak entuk ngece, neng kok moco tulisanmu aku ngakak mz, ngapurane :D
BalasHapus