“Sayang, baju seragam sepakbola aku pas SMA di mana ya?”
“Oh..itu…. dibuang, sayang….”
“kok nggak bilang aku sih….:(“
“halah, baju udah buluk gitu, udah bagus nggak aku bikin
serbet…”
“tapi kan…it….”
“bawel deh….itu jemuran diangkat dulu, udah mendung!”
“i…i…iya sayang”
Sumpah, percakapan di atas bukan percakapan saya dan istri
saya. Kejadian itu hanya fiktif belaka, apabila ada suami yang merasa mengalami
kejadian serupa…Mas, I feel you….no not
that “feel”…..I mean….ah yo wis L
Seringkali, “dibuang
sayang” bukanlah masalah bahwa barang itu masih berguna dan patut
dipertahankan. Tapi, “dibuang sayang” adalah masalah kenangan. Nggak peduli sebutut apa penampakannya, benda
yang memiliki kenangan selalu punya tempat di hati, tapi belum tentu punya
tempat di “dunia nyata.” Saya adalah salah satu manusia yang masih berkubang
kenangan. Lihat saja, klub sepakbola kesukaan saya: Liverpool, kesukaan saya
lagu jadul (hey it rhymes….). Jarang sekali saya menyumbangkan pakaian
“pantas pakai” saya, karena saya selalu berpikir bahwa pakaian itu punya nilai kenangan,
entah karena itu dibeliin oleh seseorang, atau dibeli memakai uang yang sengaja
saya sisihkan. Atau mungkin saya cuma pelit? Entah.
Dulu sempat saya punya dompet yang cukup
tebal, bukan karena banyak uang tapi saya isi dompet saya dengan kartu bonus
dari kaset The Moffats….band remaja yang hits waktu itu. Tak peduli berapa kali
dompet saya ganti, kartu-kartu itu tetap setia menghuni kompartemen dompet saya;
terlalu sayang untuk dibuang. Kartu itu menemani saya hingga saya kuliah;
bayangkan: anak kuliahan, laki-laki, yang di dalam dompetnya ada kartu bergambar foto-foto
remaja laki-laki….. Tapi kebersamaan kami terhenti semenjak tas saya hilang. Kebetulan
dompet saya ada di dalam tas itu, dan kebetulan, eh nggak kebetulan sih, kartu The Moffats
itu ada di dalam dompet.
![]() |
Hilang dan rusak adalah keadaan yang memaksa saya, mau
tidak mau, merelakan barang “dibuang sayang,” tapi dalam beberapa hal, saya
ikhlas. Seperti contohnya, beberapa waktu lalu, saya harus melakukan yang
setiap ayah harus lakukan: mengikhlaskan barang-barangnya “dirusak” oleh
anaknya. Saya belajar ikhlas saat saya menemukan bahwa lightstick official yang
saya beli untuk konser SNSD dulu sudah patah jadi dua….oleh Yuna, dan saya juga
belajar ikhlas saat sepulang saya kerja, istri saya memberitahu bahwa kalender senbatsu official JKT48 saya sobek….juga karena ulah Yuna, sobeknya pun pas di gambar
oshi saya…Beby L.
Basically, semua
barang yang saya punya itu masuk kategori “dibuang sayang,” walaupun pada
akhirnya ada beberapa barang yang terbuang, rusak, atau dipakai orang. Kalau memang masih sayang, kenapa dibuang?
*thrown away baby (compound noun) dalam bahasa enggres artinya "dibuang sayang" (percaya aja deh!)